Suara Hati berlayar di samudera waktu ...
Catatan Terakhir
.Aku tahu ketika aku menuliskan ini, engkau tengah menikmati hari bahagiamu.Dan aku juga tahu salah satu orang yang tak pernah engkau harapkan datang hadir di hari bahagiamu itu adalah aku,”
Terima kasih engkau”, terima kasih telah lupa dengan diriku, pura-pura melupakanku bahwa di semesta pikiranmu pernah ada aku, sekarang aku cuma bisa berkata kepadamu” semoga engkau bahagia dengan semua itu.Aku yang terlupakan.engkau, lama tak ada tulisan tentangmu.Tak seperti duludulu, hampir setiap waktu, selalu ada kata untukmu.Apa kabarmu sekarang?…Ah basi ya? Biarlah, aku hanya ingin mengulang kembali kebiasaan lamaku, sekedar megalirkan metafor basa-basi menyapamu, seperti orang ketemu, bertanya kabar meskipun tak mau tahu dengan kabar yang ditanyakan itu,…ah basa-basi bagiku.Tapi, kali ini agak lain basa-basiku tidak hanya itu.
Coba dengarkanlah aku.
Tuhan, apakah sinyalmu tidak cukup kuat menerima SMS yang telah aku kirimkan Kepadamu?
Ataukah, mungkin jaringanmu sedang sibuk megurus pesan-pesan lain yang lebih penting dari pesanku itu?
Tuhan apakah karena hanya aku memakai kartu perdana murahan, dan handphone monophonik sehinggga SMSku tak sampai Kepadamu?.
Ataukah nomor pusat servis pesanku keliru sehingga salah sambung pesanku entah kemana?.
Tuhan, katanya servisMu 24 jam online tanpa henti, tapi mengapa SMSku tak juga Engkau Balas?.
Padahal aku juga sudah kirimkan SMSku di saat diskon specialmu, yakni di sepertiga malam-Mu karena aku yakin tak banyak orang yang menghubungi atau berkirim pesan kepada-Mu. Tapi mengapa sampai detik ini menunggu tak juga Engkau balas SMSku, padahal aku menunggu Tuhan.
Tuhan,apakah aku salah kirim ke nomor yang lain?
Tapi kurasa benar,sebab di ktab keabadian warisan nabi-Mu sudah kubaca benar itu nomor-Mu,Tuhan.
Tapi mengapa Engkau tak segera membalas SMSku Tuhan,padahal aku menunggu.
Kalau aku harus menelepon,sayang aku tak punya cukup pulsa untuk itu.
Dan seandainyapun ada aku kuatir Engkau tak mau terima teleponku, karena Engkau tahu aku banyak salah dan kilaf kepada-Mu.
Sekali-kali SMS aku dong Tuhan. Aku akan sangat senang jika ada pesan khusus dari-MU.
Aku akan melonjak-lonjak girang dan tanpa lama ku balas ‘ Terima kasih Tuhan’ kontan.
Namun mengapa Tuhan tak kunjung kau balas pesanku?
Padahal aku cuma ingin tahu Tuhan,apakah benar kabar yang akau dengar itu, apakah benar ini hari kebahagianya (untuk seseorang di jauh sana), namun mengapa tak ada pemberitahuan dan undangan darinya.
Dan apakah benar orang yang tak pernah di harapakan datang adalah ‘Aku”.
Kalau memang iya Tuhan tolong sampaikan kataku ”Semoga dia bahagia”.
Ya sekedar basa-basi tapi punya arti bagiku
Karena memang Tuhan tak butuh dengan kata-kataku itu.Namun engkau waktu?Adakah Deja vu itu?Engkau jangan terus maju waktu,kembalikan aku ke masa lalu, yang indah itu.Aku masih punya mimpi, aku masih punya cinta yang sanggup mengetarkan seluruh urat syarafku, memeras gelora air mataku.Kenangan itu….Ya sebuah kenangan yang kelak akan aku buka kembali pada episode masa depanku, yang jauh itu, bersama kata yang tak pernah sanggup menggenggam bahasa jiwaku, tentang aku dan kamu.
Dan sekarang…, ya sekarang aku hidup di ini waktu.Menggores pena bersama berjalannya sang waktu.Dan dirimu…Kalau aku punya hari yang indah teryata dirimu punya yang lebih dariku..tapi kenapa dirimu tak beritahu aku..
Hhhmmm ..….aku tahu, dirimu sengaja tak mengabariku karena engkau kuatir aku iri denganmu, iri dengan hari bahagiamu, iri dengan hari indahmu he..he.. tapi sory ya, engkau keliru kalau berpikir begitu.
Ya daripada salah dan membuat muka merah,..ah…yang pasti engkau sengaja melupakanku,supaya ada tulisan ini untukmu.Terima kasih engkau, telah membangunkan imajinasiku. Tapi maaf ini bukan surat cinta yang sering orang tuliskan itu.Dan aku yakin engkau juga punya kata itu.Malam !….
aku ingin bertanya kepadamu…
jangan hanya kelam dan hitam kepadaku, diam membisu dalam keheninganmu.
Adakah cinta itu abadi?
Adakah persahabatan itu sejati?
Adakah sebuah hukum alam yang mampu mengubah cinta menjadi benci?
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang selalu tidak aku mengerti malam!.
Ok lah!…kalau engkau juga tak tahu,aku juga tak akan memaksamu untuk menjawab itu.
Aku cuma ingin engkau setia menemaniku, membiarkan aku termenung dengan khayalan kehiduypanku.di bawah kerlip bintang-bintang di langit sayapmu.dan jangan pergi meninggalkank, hingga datang mentari kan menjagaiku…
oh malam….kenapa tiba-tiba aku bisa melihat diriku….
Sedang apakah aku diriku… kenapa ada pelaminan di situ… ya Tuhan benarkah yang aku lihat itu?…
mimpikah aku?…
sadarkah diriku?….
sungguhkah dengan yang aku saksikan itu?…
akukah yang palsu atau dia yang semu?….
tapi mengapa dengan denagn kepura-puraanmu tak melihat diriku dan menyambut kedatanganku dengan senyummu yang indah itu,”karenakah orang itu, yang sekarang duduk mesra disampingmu itu?”…….,
lihatlah malam,….. aku disini,saksikan aku,karena hanya engkau yang tahu dan peduli denganku,
“Air mata ini adalah air mata kebahagianku, bahagia karena melihat dirimu bahagia, bahagia karena sekarang engkau telah menemukan separuh yang hilang dari dirimu,yang terbaik dalam kehidupanmu”.
Katakan padanya malam,
”Aku juga turut berbahagia,dan cuma bisa berkata,semoga engkau juga bahagia, baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a baina kuma fi khair”.
Padahal malam,kata-kata itu aku ingin ucapkan sendiri di depannya sambil menjabat tangan orang yang ada di dekatnya.
Karena aku tak mampu malam,tolong bilangkan itu padanya….
bahagia?….
apakah arti bahagia itu?….
adakah bahagia itu adalah air mata?….
ataukah mungkin pepatah ini arti bahagia?…
Kebahagian adalah menemukan seseorang untuk kau peluk saat kau menangis,berbagi perih bersamanya, dan kesedihan adalahsaat kau tertawa sendirian”.
Tapi aku perih malam……
perih kesediahan….
perih karena dalam kenyataannya tidak bisa melihat dia bahagia…
perih karena aku tak pernah ia harap untuk hadir ikut merasakan dia bahagia.
Kenapa dia begitu?…
adakah itu di sengaja?..
tapi dia baik…. tak pantas ku menyalahkannya.
Tapi siapakah?…
takdirkah?…
ngak… takdir gak salah.Namun….Hidup yang tak pernah dipertanyakan adalah hidup yang tak pernah layak diteruskan.Itulah guruku Socrates yang pernah bilang….dan me…..Love or just hate mebut pare me with your indefference,cintai aku atau sekalian benci aku, asal jangan kau acuhkan diriku.Toh…Tak semua yang dapat di hitung, diperhitungkan, dan tak semua yang dapat diperhitungkan dapat di hitung.ah… apa lagi ini…Namun begitulah cerita hidup dan cintaku
catatanharian.wordpress.com
================================================================
Getar Hati di Sudut Pagi ...
A'udzubillahiminasyaithonirrojiim ...
Bismillahirrahmaanirrohiim ...
Alhamdulillahhirobbil'alamiin ...
Seiring menetesnya lukisan-Mu dalam embun pagi ini
aku merasa haus dan kering dari kedamaian hati
ketika ingatan masih tertinggal di keheningan malam
mengemas sebuah kenangan di sudut sajadahku
seiring sirnanya alunan senandung lirih jiwaku
Dalam kesederhanaan diri ini di tepi kemegahan kekuasaan-Mu
terhina dan melenyapkan arti diri ...
terbang melayang terhanyutkan sebutir debu kebesaran-Mu
di mata-Mu hidupku mungkin tidak berarti dibanding sebersit cahaya bintang yang datang dari dinding semesta-Mu
Namun,
yang kurasakan betapa berat beban amanah-Mu melekat erat di nafasku
terengah bersama langkahku yang semakin gontai
Mengapa pertanyaan yang selalu kuajukan ini tidak pernah terjawab
ketika pengertiannya terabaikan
bagai seutas tali hati yag terputuskan sebilah pedang tumpul
memisahkan jiwa dari ketentramannya
Mengapa aku tidak juga mengerti cinta-Mu?
Kutengadahkan sepuluh jemari tanganku yang penuh luka
memohon karunia-Mu untuk sejenak berlabuh dalam waktuku
tak ku bosan, meski tetesan dosa tiada pernah kering dari jiwaku
Ya Allah ya Rahman ...ya Wadud ...
Rahmat-Mu sangat luas,bahkan melebihi cakrawala semesta
bisikan kepada hati kami tetesan embun kasih sayang dan cinta-Mu
agar kami tidak pernah putus dari senandung guman dzikir
meski kami tidak pernah berdaya di hadapan kebesaran-Mu
Ya Allah ya Rahiim ... ya Khobir ...
jangan biarkan kemarau pengertian mengering dari qalbu kami
mengahncurkan keserasian simfoni rasa
agar kami tidak kering kerontang dari hembusan angin pelukan-Mu
disaat kami tidak bisa lagi merasakan kesejukan harapan
Ya Allah ya Ghofur ... ya Malik ...
apabila belas kasih-Mu engkau jauhkan dari ego dan emosi kami
dan Engkau biarkan kesombongan ini merajalela menghempaskan hamparan kesabaranku
tiada lagi pengampun selembut ampunan-Mu
yang akan menyelamatkan kefanaan kedamaian ini
hingga kami terjerumus dalam pertarungan yang membinaskan harapan, menguburkan cita-cita dan menenggelamkan kebahagiaan
kecuali hanya Engkau ... wahai Pemilik nafas hatiku...
Raja Penguasa qalbuku....
Penentu warna dan kesudahan hidupku kelak ...
Ampunilah kami wahai Yang Maha Pengampun ...
angkatlah kegalauan ini dari bibir jurang penyiksaan rasa
dan,
selamatkan kami ...wahai Pemilik segala Rahmat ...
Rabbana aatina fidunya hasanah
wafiaakhirati hasanah
waqina 'adzabannar ...
Pagi Selasa, 26 Rabiul Akhir 1431 H
==========================================================3
Sifat Malu, Aset Berharga Wanita Beriman
VOA-islam.com - Ganna Pryadha -Sifat malu merupakan aset berharga wanita mukmin yang mampu menolongnya menjaga kehormatan dirinya, martabat, dan statusnya. Para istri shalihah adalah para muslimah yang memiliki sifat malu dalam akhlak, berpakaian, tindak-tanduk, obrolan, interaksi, dan budi pekerti.
Sifat malu positif yang dimiliki seorang istri shalihah membuatnya senantiasa patuh pada aturan berpakaian Islami, baik itu jilbab, cadar, ataupun burqa. Dia tidak akan pernah mau mengenakan pakaian yang transparan, ketat, sama dengan pakaian pria, dipakai untuk niatan pamer dan berlagak, lalu memakai wewangian dan menggoda.
Bagaimana bisa seorang wanita muslim mengabaikan aturan-aturan Allah yang
ditetapkan baginya. Dia akan menanggung dosa apabila menyepelekan aturan-aturan
tersebut. Allah SWT mengharuskannya untuk menuulurkan kain kerudung menutupi
dadanya, sebagaimana ditegaskan-Nya di surat
An-Nur ayat 31.
Allah juga berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).
...Bagaimana
bisa seorang wanita muslim mengabaikan aturan-aturan Allah yang ditetapkan
baginya. Dia akan menanggung dosa apabila menyepelekan aturan-aturan
tersebut...
Maksud dari jilbab di ayat tadi adalah sejenis baju
kurung yang lapang, tidak ketat dan transparan, yang menutup kepala, muka, dan
dada. Selain itu, Allah juga menyatakan:
“Hai istri-istri Nabi, kamu
sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah
kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. dan hendaklah kamu tetap di
rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah
Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Ahzab: 32-33)
Dengan demikian, bagaimana bisa seorang muslimah mengklaim dirinya sebagai
wanita yang baik, sementara di waktu yang bersamaan dia mempertontonkan pesona,
kecantikan, dan keindahannya kepada setiap laki-laki untuk menarik perhatian
mereka? Dia seharusnya menyimpan kemolekannya hanya untuk sang suami. Rasulullah
menegaskan, “Sifat malu dan perasaan takut
tidak dapat dipisahkan. Jika salah satunya hilang, maka yang lainnya pun akan
menghilang.”
Dari hadits tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita muslimah yang mengumbar
kecantikannya adalah seorang yang tidak memiliki rasa malu. Jika dia tidak
memiliki rasa malu, maka dipastikan tidak memiliki karakteristik Islam yang
esensial. Rasul bersabda lagi, “Setiap agama memiliki etika moral khusus, dan sifat malu merupakan
etika moral yang khusus di dalam Islam.”
...wanita
muslimah yang mengumbar kecantikannya adalah seorang yang tidak memiliki rasa
malu. Jika dia tidak memiliki rasa malu, maka dipastikan tidak memiliki
karakteristik Islam yang esensial...
Selain itu, sifat malu
seorang wanita beriman mengharuskannya untuk menundukkan pandangannya. Di dalam sebuah hadits Qudsi, melalui lisan Nabi Muhammad, Allah menyatakan, “Pandangan (terlarang) merupakan salah satu anak panah beracun Iblis. Seseorang yang menghindari hal itu karena takut kepada-Ku, maka akan diberi keimanan yaitu dia merasakan rasa manis (keindahan) di hatinya.”
Memberikan tali kendali yang bebas kepada pandangan mata bisa mendatangkan
berbagai kerusakan. Sebagaimana pandangan terlarang adalah perangkap yang
ditebarkan setan. Oleh karena itu, Rasulullah berkata kepada Ummu Salamah dan
Maimunah ketika keduanya menatap Abdullah Ummi Maktum yang buta, “Apakah engkau buta? Engkau tidak melihatnya?”
...setiap wanita muslim harus mengejawantahkan sifat malu
positifnya...
Tak hanya itu, sifat malu yang dimiliki seorang
wanita beriman juga direfleksikan dengan caranya berbicara, beretika, bergerak,
berjalan, dan lain sebagainya. Maka setiap wanita muslim harus mengejawantahkan
sifat malu positifnya. Contoh terbaik dari sifat malu yang dimiliki wanita
beriman adalah dua orang wanita yang bertemu Nabi Musa di mata air Madyan.
Allah berfirman mengenai hal tersebut, “Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri
Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” (Al-Qashash: 23).
Rasa malu telah menggiring keduanya untuk tidak menggabungkan ternak keduanya
dengan ternak orang lain. Keduanya juga memberi contoh bahwa wanita tetap
tinggal di rumah, kecuali jika ada urusan mendesak, seperti keduanya yang
terpaksa keluar rumah untuk memberi minum ternak, karena ayahnya sudah ringkih.
Read more about Fiqhislam.com
- Pustaka Muslim Indonesia by www.fiqhislam.com
Kamis, 28 Rabiul Akhir 1431H/ 07.35wib
=
======================================================
(Seiring Dhuha ...Sabtu, 1 Jumadil Awal
1431H; oleh: asep nedyana)
Read More......
=
======================================================
Bara Api Kesombongan
(kepada
diri yang telah menafikan hati, dalam tetesan kepedihan jiwa)
Kau lah tercipta di dunia, tuk
menghambakan diri kepada pencipta-Mu
Dari segenggam tanah hitam berlumpur
Terciptalah hamparan kulit tipis
pembungkus daging dan tulang
Yang pada senja hidupmu akan mulai kering
berkeriput
Hitam dan berbau membangkai dalam seruang
kubur
Kau sangat pelupa
Kala Yang Kuasa memberimu ilmu, nasab,
harta, amal dan kecantikan
Sang bayu yang terhempas di sela-sela
lipatan tubuh sang kabut
Hingga rembulan menyapa wajah mu, merayu
mu untuk singgah di hatinya
Kau lah tercipta di dunia, tuk menundukan
kepalamu kepada-Nya
Sang Penguasaa dunia, Sang Penguasa hati,
Sang Penguasa segenap masa
Kau Terjerembab dalam bungkusan butiran
pasir berserak porak,
Tersangkut dalam putaran sang waktu yang
tak sudi berhenti
Kalauhlah ada serabut senja yang
terkelupas di pinggiran hati mu
Biarlah ku raih untuk mu dengan sisa-sisa
doa malam ku
Kalaulah
ada bara api purnama merayap menghanguskan tirai asa mu
Biarlah kumaafkan rasa perih dari
serpihan-serpihan hati ku
Kalaulah ada air mata penyesalan yang
telah mengering di sela tipisnya helai rambut mu
Biarlah kuhapus dengan lembaran-lembaran maaf
jiwa ku
Berapa banyak jalan yang telah kau tapaki
Berapa banyak desahan keangkuhan yang kau kobarka
Tak ada satu pun jua janji menawarkan keberuntungan jiwa hampamu
Selama bara api kesombonganmu terus kau
hembuskan
Tak ada satu pun jua harapan
Tak ada satu pun jua keselamatan
Meski aku tetap mengukirnya dalam sebilah rasa
Agar tersisa kesadaranmu yang telah engkau
tepiskan di tepi kefanaanmu
Hanya penyesalan dan taubat
Yang akan memberi peluang ampunan Illahi
Rabbi
Dalam kesempatanmu yang terakhir…….
(Seiring Dhuha ...Sabtu, 1 Jumadil Awal
1431H; oleh: asep nedyana)
Langganan:
Postingan (Atom)