Sabtu, 17 April 2010
Jangan Biarkan Dirinya Menangis……!!
Seperti biasa, setiap hari saya selalu menyempatkan diri untuk membuka beberapa web, twitter, dan facebook yang saya kelola, sekedar untuk memeriksa komentar-komentar yang masuk, mengupdate berita di web dan memperbaharui status di facebook.
Hari ini, beberapa tulisan terkait dengan isu-isu nasional saya posting di web. Setelah selesai saya lanjutkan membuka twitter, memperbaharui twet sebelumnya. Dari keduanya, tidak ada hal yang terlalu menarik bagi saya. Karena baik berita maupun yang lainnya memang sudah saya ketahui sebelumnya.
Tapi, berbeda ketika membuka facebook. Ada pesan masuk yang saya sendiri tidak bisa menjawabnya. Karena merasa tidak mempunyai kapasaitas yang sesuai. Seperti inilah pesan yang masuk itu:
Assalamu’alaikum wrwb
Bismillahirrahmaanirrahiim
Terlebih dahulu sy mh maaf jk prmohonan ini mmberatkan akhi n ukhti semua. sy sbnrnya jg malu tp inilah ikhtiar stlh sekian lama berikhtiar. sy brmksud ikhtiar dg smata2 mgharap prtolongan ALLAH yg Mh Tahu dmn jalan yg akan dbukakan utk sy. sy bmaksud ikhtiar mggenabkan dien demi mjaga diri bs berjihad dlm rumah tangga utm mwujudkan generasi rabbani. sy jg sdh mgajukan proposal ke murabbiyah sy, saudara, sahabat dsb, tp mgkin ALLAH blum mnetapkan kpn saat itu tiba. utk itu,melalui ikatan ukhuwah ini, sy berharap bantuan akhi n ukhti smua. sekedar informsi yg mg bs berguna:
Nama : ***
Usia : ***
Pndkn : ***
Pkrjn : ***
Almt : ***
Mg ALLAH mridhai ikhtiar sy ini n mmbukakan jln utk mggenapkan dienNya, amiin ya Rabbal alamin. Jazakumullah khairul jaza.
Wasslam wr wb
ttd
Uhkti ***
Semoga Allah memberikan kekuatan pada saya untuk segera menyempurnakan agamanya. Anda mungkin sudah tau kenapa saya tidak bisa menjawab pesan itu. Iya…karena saya juga belum menikah. Respon yang ada kala itu malah gemeteran, dada terasa sesak, dan kebingungan. Ah… namanya saja bujangan, wajar. Tapi bukan berarti saya juga tidak bisa menanggapi lho.., walaupun hanya bisa menghasilkan sebuah tulisan yang ada di blog pribadi saya.
Saya ingin berkata seperti ini. Pertama-tama saya menyadari bahwa jama’ah ini memiliki keterbatasan. Sementara para murobbi/murobbiyah harus berpacu dengan waktu, semakin bertambah waktu bertambah pula umur akhwat-akhwat itu.
Meminjam kata-kata ustadz Hamzah Nasution, “Tidak Boleh! Demi Alloh tidak boleh ada yang merasa tersisih dalam gegap gempita jamaah ini. Termasuk keluarga dan pernikahan kader. “Pernikahan sesama kader adalah mutlak, agar dakwah ini tetap terjaga” lanjut beliau. Dan itu butuh pemahaman. Pemahaman saya, pemahaman antum sebagai ikhwan.
Ikhwah Fillah… tuntutan umat semakin bertambah banyak. Beban jamaah ini semakin hari semakin bertambah. Dan taukah engkau jikalau ustadz pernah mengatakan, termasuk juga beban adalah jika kamu menunda-nunda pernikahanmu ya akhi. Karena dari hari-kehari proposal akhwat semakin banyak yang masuk. Sementara engkau, tak berbuat apa-apa. Jamaah tidak mungkin bisa fokus dalam menyelesaikan berbagai permsalahan yang dialami umat ini jika kita masih terus saja disibukkan oleh kewajiban internal kita. Permasalahan para penggerak dakwah ini.
Siapun engkau yang belum menikah… saya dan antum sama-sama mengetahui. Akhwat-akhwat itu tak meminta apa-apa dari kita. Ia hanya menunggu keberanian kita, keberanian untuk mengkhitbahnya. Keberanian dan kesiapan kita dari segala aspeknya. Maka, melalui tulisan singkat ini pula, saya menyerukan pada diri saya dan antum semua untuk segera memenuhi segala aspek kesiapan itu.
Sebagai penutup tulisan ini. Saya ingin menyampaikan kepada ukhti, saudariku di jalan dakwah -yang mengirimkan pesan di atas. Tataplah langit itu seluas pandanganmu. Yakinlah Masih ada ikhwan yang menjaga kesucian dirinya yang berani menyempurnakan agamanya.
Sudah, sudah tinggalkan saja ikhwan-ikhwan pengecut Itu..! Jika ada ikhwan yang baik bagimu, sampaikan pada wali dan murobbiyahmu bahwa engkau ingin beribadah bersamanya. Temuilah ikhwan itu. Sampaikan proposal ini kepadanya. Bukankah bunda Khadijah pun melakukan hal yang sama.
Jika akhirnya ikhwan itu tak bersedia, bukan berarti ia menolakmu. Ia hanya belum siap beribadah bersamamu, belum siap menjadi imam bagimu. Tak perlu malu, bukankah engkau menyerunya untuk beribadah. Menikah itu adalah ibadah. Engkau hanya perlu memaksimalkan ikhtiarmu.
Semoga Allah menurunkan ridho-Nya di hati mereka hingga niat mulia para akhwat ini tak bertepuk sebelah tangan. Agar tak ada lagi bening air mata, agar dakwah ini tetap terjaga.
wahyupermadi.web.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar