Sabtu, 10 April 2010

~ Segores Gumam Malam ~

MALAM beranjak larut. Kereta senja membawaku menuju kampung halaman. Sebuah desa kecil di sebuah kabupaten Kabupaten. Sepanjang perjalanan, kenangan indah disana melintas silih berganti.

Hamparan padi di sawah, tanaman palawija di ladang, juga rambutan di kebun belakang rumah. Tak ketinggalan, tiga aliran sungai yang mengelilingi, tempat masa kecil bermain air bersama kawan-kawan, atau sekedar tempat memancing selepas pulan sekolah. Sungai, sawah, ladang serta tanaman dan hewan yang hidup disana menjadi kesatuan ekosistem yang indah. Hijau, sejuk, terasa nyaman ditambah keramahan penguninya.
Indah bukan? Lebih indah lagi saat berpijak disana.

~Dalam lingkungan seperti itulah aku tumbuh. Kebersamaan, tenggangrasa, gotong royong, menjadi nilai bersama. Norma agama dan kesopanan jawa senantiasa diutamakan. Ah, suasana itulah yang senantiasa kurindukan. Bahkan, sampai saat ini, setelah beberapa tahun menjadi hidup dalam kelokan jalan penuh asap...dari kota-kota yang kulalui dalam tertidur lelap dengan hati yang semakin sepi para penghuninya.~

Awal sekolah menengah mulai "merantau". Tanda kutip karena, sebenarnya tidak terlalu jauh. Selain bersekolah, juga nyantri di pesantren pelajar di dekat sekolah. Jadinya, siang di sekolah, malam ngaji di pesantren. Itu berjalan hingga lulus. Kemudian melanjutkan belajar di Jakata. Selanjutnya bekerja di sebuah kota Provinsi yang berbeda Pulau.

Artinya, hampir separuh hidupku bisa dibilang di perkotaan, yang kondisi alam dan masyarakatnya berbeda dengan desa. Panas, berpolusi, bising, individualis, dan kental nuansa persaingan. Dan, akhir-akhir ini mulai terasa memuakkan. Apalagi, dekat perpolitikan. Aroma anyir saling intrik, fitnah, pengkhianatan begitu menyengat.
Sungguh kuat dorongan untuk menjauh dan kembali ke desa saja. Adalah sepetak sawah dan ladang yang bisa digarap. Atau bisa berdagang kecil-kecilan. Atau atau yang lain, sebenarnya ada beberapa alternatif.

Namun, rupanya dorongan bawah sadar yang lain mengatakan sebaliknya. Dorongan bahwa pilihanku sudah benar. Pekerjaan menyenangkan, kata teman yang sudah lebih duu menjalani, "menjalani hobi tapi dibayar," katanya. Mengabdi , mencurahkan bakti pada Bangsa,meski kadang sering menyaksikan pilu mengiris kalbu. Dan, masih sangat asyik menjalaninya.

~Kerinduan akan Yang Maha Pencipta terasa mengendapkan seribu sesal. Kesalahan membayang bagai slide film yang terus berputar. Memberikan gambaran dosa yang semakin mengental. Duh Rabbi ... seandainya di tengah malam ini Engkau tinggalkan aku dalam lilitan rantai nestapa ini ... tangisan panjangku tentunya tidakakan pernah kering dari air mata taubat. Malam bertambah larut, dalam gejolak gelisah qalbu yang semakin berkarat. Kuterjerumus kedalam sumur kedukaan, dimana hari –hari dalam hidupku menggumpalkan kesalahan yang semakin membuncah. Di sekelilingku, seakan memagari , pesta pora tetatabuhan maksiyat. Bergemuruh persaingan berebut kekuasaan, walau hanya bersaing menuju kursi emas khayalan. Empati nurani semakin mengelinjang kegerahan, sementara persaingan berebut seiris kue duniawi semakin tidak samar. Alam semakin sepi oleh kehidupan, namun dibalik tabir udara yang semakin pekat, raungan mesin-mesin besi mengoyak keheningan malam. Uuuhhh ... suara hati semakin terhimpit sepi. Ketika gemericik roda besi kereta mendendangkan jeritan malam. Semua bergerak dalam persembunyian gelap. Hampir saja harapan terkubur dalam pelarian nista dunia. Sinar temaram bulan tersenyum lirih dalam kedukaan langit.
Ya Rabbi ... malam-Mu tengah berjalan ... meski kelelapan hati sulit ditenangkan ... mataku bertambah celik ... seiring mendamba ampunan-Mu~.


Akhirnya, harus kembali ke realitas. Pulang ke desa hanya liburan, bukan untuk menetap. Meski terbentang jarak, masih ada waktu dan kesempatan. Apalagi, transportasi dan komunikasi lebih lancar. Selain telepon atau sms, adikku punya akun facebook juga. Bisa lebih sering bertukar kabar. Soal perbedaan suasana tidak perlu dipertentangkan. Justru keduanya saling melengkapi, bukan saling menggantikan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar